31 Oktober 2010
Gea dan Rendi sedang berada di dalam sebuah bis yang melaju kencang. Mereka duduk sambil tertawa riang.
“Hhhh.... Ngga nyangka aku udah pergi seharian. Rasanya cape banget. Akhirnya mau pulang juga,” kata Gea riang.
“Udah ga kepikiran masalah tadi kan?” tanya Rendi.
“Ngga kok. Aku pikir kata-kata kamu bener juga. Aku bakal nurutin saran kamu.”
Tiba-tiba Rendi dan Gea merasakan dorongan yang sangat kuat. Seketika itu juga mereka terlempar ke sana sini di dalam mobil bis itu. Gea melihat banyak sekali penumpang bis yang juga terlempar seperti mereka. Sesaat Gea merasakan sakit yang luar biasa di seluruh tubuhnya. Setelah itu, pandangannya menjadi gelap.
***
Gea membuka matanya yang terasa berat. Matanya sayup-sayup. Dilihatnya wajah seseorang yang makin lama makin jelas.
“Mama?” kata Gea dengan suara hampir tak terdengar.
“Iya sayang. Ini mama.” kata mamanya dengan suara menahan nangis.
“Sakit ma... Sakit... Badan Gea sakit....”
“Mana yang sakit, sayang?” kata mamanya dengan mata berkaca-kaca.
“Yi sheng! Yi sheng! Kuai lai! Wo de hai zi xing le.” teriak papa Gea.
Dokter segera datang dan memeriksa keadaan Gea. Setelah itu, ia memberitahu Papa Gea tentang keadaan anaknya. Papa Gea menghembuskan nafas lega.
“Gea kenapa pa?”
Papanya menjelaskan ke Gea. Bahwa bis yang diitumpanginya untuk pulang ditabrak truk dari samping dan jatuh terguling. Hanya ada 3 korban tewas, sisanya luka-luka dari ringan sampai berat. Gea sendiri mengalami luka yang cukup berat dan sudah tidak sadarkan diri selama 3 hari. Gea menganga mendengar penjelasan ayahnya.
“Rendi... Rendi gimana Pa?” tanya Gea.
“Rendi? Siapa itu?”
“Rendika Pa. Nama mandarinnya.... Gea ga tau. Yang jelas Gea lagi sama dia waktu di bis itu. Dia gimana keadaannya?” kata Gea panik.
“Tenang Gea. Mama akan suruh orang cari tahu. Kamu tenang yah.” Kata mamanya menenangkan.
Gea tidak tenang, ia merasakan firasat buruk.
Bersambung....
Label: Cerpen