18 Juni 2010

Chicken Soup : Tentang Pacaran

"Segala macam hubungan antarmanusia itu mirip pasir dalam genggamanmu. Jika berada pada telapak tangan yang terbuka, pasir itu akan tetap pada tempatnya. Namun jika kau kepalkan tanganmu erat-erat untuk mempertahankannya pasir iru akan menyembul melalui sela-sela jemarimu. mungkin ada yang tersisa dalam tanganmu, tapi kebanyakan akan jatuh. Pacaran adalah seperti itu. Kalau dipertahankan dengan longgar, dengan menghormayi dan membebaskan orang lain, hubungan cinta itu akan tetap utuh. Tapi jika digenggam terlalu erat, terlalu memiliki, maka hubungan cinta itu akan terlepas dan hilang."

Kaleel Jamison, The Nibble Theory


Perubahan Hidup



Saat aku 16 tahun dan duduk di kelas 2 SMU, kejadian terburuk yang mungkin kualami benar-benar terjadi. Orangtuaku memutuskan untuk pindah dari Texas ke Arizona. Aku hanya punya waktu dua minggu untuk membereskan semua "urusanku" dan pindah sebelum sekolah dimulai. Aku harus meninggalkan pekerjaanku yang pertama, pacarku, dan sahabatku, lalu harus memulai lembaran hidup baru. Aku sungguh membenci orangtuaku yang sudah menghancurkan hidupku.

Kukatakan pada semua orang bahwa aku tidak ingin tinggal di Arizona dan akan kembali ke Texas pada kesempatan pertama. Waktu tiba di Arizona, kupastikan semua orang tahu bahwa pacarku dan sahabatku sedang menungguku di Twxas. Aku bertekad untuk menjaga jarak sengan semua orang; toh aku akan segera pergi lagi.

Tibalah hari pertama sekolah, dan aku sungguh sengsara. Aku hanya bisa memikirkan teman-temanku di Texas dan betapa inginnya aku bersama-sama mereka. Untuk beberapa la, Hidupku serasa sudah berakhir. Namun pada akhirnya, keadaan mulai membaik.

Dalam pelajaran kedua kelad akutansi, aku pertama kali melihatnya. Dia pemuda yang jangkung, langsing, dan benar-benar tampan. Mata birunya sangat indah. Dia duduk hanya tiga kursi di sebelahku, di barisan terdepan. Merasa tak ada ruginya, aku memutuskan untuk mengajaknya ngobrol.

"Hai, kenalkan, aku Sheila. Kamu siapa?" aku bertanya dengan logat Texas.

Pemuda di sebelahnya mengira aku menyapanya, dan dia menjawab, "Mike"

"Oh, hai, Mike," aku mencoba ramah. "Siapa namamu?" Aku bertanya lagi, menatap si mata biru.

Dia menoleh ke belakang, seakan tak percaya bahwa aku menyapanya. "Chris," jawabnya pelahan.

"Hai, Chris!" aku tersenyum. Lalu aku kembali menekuni perkerjaanku.

Aku dan Chris mulai berteman. Kamu senang mengobrol berdua di kelas. Chris seorang atlet sekolah, sedangkan aku menjadi anggota band. Di SMU, para murid berpendapat bahwa dua kelompok itu tidak boleh berteman. Kami sering bertemu di kegiatan sekolah, tetapi pada umumnya persahabatan kami hanya di dalam empat dinding kelas akutansi.

Chris lulus tahun itu, dan kami menjalani kehidupan masing-masing selama beberapa tahun. Lalu, pada suatu hari dia datang menemuiku saat aku sedang bekerja di sebuah toko di mal. Aku senang sekali bertemu dengannya. Dia menemaniku saat waktu istirahat tiba, dan kami pun mengobrol seperti dulu. Tekanan dari teman-temannya sesama atlet telah menyurut, dan kami menjadi teman akrab. Hubungan dengan pacarku di Texas sudah tak penting lagi buatku. Kurasakan ikatanku dengan Chris semakin lama semakin kuat, menggantikan hubunganku dengan pacar yang di Texas.

Sudah setahun berlalu sejak kepindahanku dari Texas, dan Arizona sudah semakin terasa seperti rumah saja. Chris menemaniku ke pesta sekolah; kami datang bersama dua temannya sesama atlet dan pasangan mereka. Malam pesta itu mengubah hubungan kami untuk selamanya; aku diterima oleh teman-temannya dan hal itu membuat Chris merasa lebih nyaman. Akhirnya, hubungan kami diketahui semua orang.

Chris merupakan seorang yang istimewa selama masa-masa sulit dalam kehidupanku. Hubungan kamu berkembang menjadi hubungan cinta yang kuat. Sekarang aku mengerti bahwa orangtuaku mengajak keluargaku pindah ke Arizona bukan untuk melukai hatiku, meskipun pada waktu itu memang itulah yang kurasakan. Sekarang aku yakin bahwa semua hal yang terjadi ada alasannya. Sebab, kalau aku tidak pindah ke Arizona, aku tak akan pernah bertemu dengan pria idamanku.

Sheila K. Reyman

(Dikutip dari : Chicken Soup for the Teenage Soul)

****************

Nah, kawand. Kadang kita merasa apa yang orang lain lakukan ke kita itu benar-benar sesuatu yang buruk dan kita bersedih atas hal itu. Tapi, kta tidak akan pernah tahu masa depan. Kita juga tidak akan pernah bisa meramalkan, bahwa apa yang kita anggap buruk, ternyata memberikan kita kebaikan di masa depan.

0 Comments:

Post a Comment



Template by:
Free Blog Templates
This template is brought to you by : allblogtools.com | Blogger Templates